Stroke di Indonesia menurut data dari Yayasan Stroke
Indonesia, menempati urutan pertama se-Asia. Tingginya angka stroke ini
tentunya butuh perhatian khusus. Tidak hanya dalam hal pencegahan, namun juga
dalam hal recovery atau pemulihan kembali pasien pasca stroke. Seperti sudah
diketahui, seseorang yang mengalami stroke, mengalami beberapa kelainan
fungsional tubuh. Diantaranya :
- Impairment
Impairment merupakan kelainan fungsi dan gangguan terhadap organ. Diantaranya adalah kelemahan pada satu sisi tubuh (hemiparesis), penurunan kemampuan wicara (afasia dan disartria), kesulitan menelan makanan (disfagia), depresi dan lainnya
- Disability
Dapat diartikan keterbatasan atau hilangnya kemampuan dalam melakukan suatu aktivitas karena adanya impairment. Misalnya kesulitan berdiri atau berjalan karena ada hemiparesis.
- Handicap
Merupakan kondisi seseorang yang kurang bisa melakukan fungsi social, budaya dan juga ekonomi karena adanya impairment dan disability.
Ketiga hal tersebut yang
membuat seseorang penderita stroke menjadi lebih membutuhkan penanganan. Karena
bukan hanya menjadi beban bagi diri sendiri, tetapi juga menjadi beban bagi
keluarga. Karena ketidakmampuan dalam mengurus dirinya sendiri sehingga
menurunkan juga kemampuan produktivitasnya. Di Amerika sendiri, stroke menjadi
penyebab pertama adanya disabilitas pada orang dewasa.
Masalah lainnya adalah
tingginya biaya perawatan dan pemulihan stroke akibat beberapa kondisi yang
menyertainya. Data yang disebutkan di Amerika, total biaya untuk stroke sekitar
$ 43 juta per tahun. Jika dirinci, 28 juta dollar karenaongkos pengobatan dan
15 juta dollar akibar hilangnya atau menurunnya produktivitas kerja. Dan biaya
rata-rata setiap pasien stroke setelah selama 90 hari pasca stroke adalah $
15ribu.
Di Indonesia sendiri
belum ada data khusus yang menyebutkan total biaya yang harus dikeluarkan untuk
penanganan stroke. Namun, menjadi salah satu jenis penyakit yang menyedot
banyak anggaran dana kesehatan pemerintah diantara 5 jenis penyakit metbaolik
lainnya.
Rehabilitasi Stroke
Penanganan stroke terbagi
menjadi 3 jenis. Yaitu akut, subakut dan kronis, dibedakan dari waktu sejak
serangan pertama terjadi. Namun, yang paling membutuhkan banyak perhatian
adalah stroke fase sub akut antara 2 minggu
sampai 6 bulan pasca stroke. Dimana pasien stroke yang sudah kembali
dari perawatan medis di rumah sakit harus menjalani fase rehabilitasi untuk
memulihkan kembali kemampuan fungsional tubuhnya. Seperti kemmapuan gerakan, bicara, menelan, emosi dan
lainnya.
Akupuntur untuk rehabilitasi pasca stroke
Penanganan pasien stroke
dengan akupuntur sudah lama dilakukan dan sudah banyak diteliti secara klinis.
Data penelitian yang dihasilkan pun menunjukkan hasil yang menggembirakan. Tidak hanya pemulihan fungsional tubuh yang bisa
didapatkan, tetapi dana yang bisa dihemat pun cukup besar.
Seperti sebuah penelitian
yang dilakukan oleh ahli syaraf atau neurologis di Swedia. Peneliti
membandingakan dua kelompok pasien stroke dengan kejadian 4-10 hari pasca
stroke. Satu kelompok hanya mendapatkan terapi fisioterapi dan terapi okupasi.
Kelompok lainnya, selain mendapatkan fisioterapi dan okupasi juga mendapat
terapi akupuntur. Durasi akupuntur yang dilakukan 2 kali setiap minggu selama
10 minggu atau total 20 kali terapi akupuntur.
Setelah 2 minggu,
ternyata pasien yang mendapatkan terapi tambahan akupuntur terjadi perbaikan
yang signifikan dibandingkan pasien control. Pasien yang mendapat terapi
akupuntur memiliki perkembangan kemampuan berjalan, keseimbangan, aktivitas
harian, mobilitas bahkan emosi. Bahkan akupuntur mampu membuat ongkos menjadi
lebih irit sekitar $26.000 untuk tiap pasien.
Jika pada penelitian
tersebut pasien yang diteliti mengalai stroke kurang dari 1 minggu, maka pada
penelitian lain yang sudah kronis pun
menunjukkan hasil serupa. Dengan 20 – 40 kali terapi, pasien yang telah
mengalami stroke selama 2-8 tahun pun mengalami perbaikan pada paralisis atau
kelemahan di tangan.
Mekanisme pasti bagaimana
cara kerja akupuntur terhadap pasien stroke masih terus dalam proses penelitian
dan investigasi. Beberapa teori mengatakan bahwa efek ini berhubungan dengan
menurunnya kadar kolesterol LDL dan meningkatnya HDL.
Salah satu penelitian yang melihat efek akupuntur
menggunakan Functional Magnetic Resonance Imaging Data atau fMRI menunjukkan
adanya peningkatan aktivitas motor cortex setelah terapi akupuntur yang dilihat
ketika pasien dengan paralisis di tangan menggenggam suatu benda. Terutama pada aktivasi gyrus presentral. Gyrus
presentral adalah lapisan otak yang berfungsi sebagai area sensori utama dalam
merasakan sentuhan. Data fMRI
junga menunjukkan adanya aktivasi yang lebih kuat dan lebih lebar pada
sensorymotor cortex otak ini yang terluka karena stroke.
Ya, meskipun
penelitian tentang efektivitas akupuntur terhadap kondisi pasca stroke,
tentunya kita tidak bisa terus menunggu sampai penelitian tersebut menjadi baku
dan pasti. Karena dari beberapa penelitian dan juga fakta-fakta sebelumnya
telah menunjukkan adanya perbaikan yang berarti yang signifikan. Karena selama
ini tidak ada efek samping yang ditimbulkan dari terapi akupuntur yang
dilakukan dengan tepat dan sesuai standar.
Terapi Stroke di Pondok Holistik Indonesia
Jalan Damai Gg Sunan Muria no. 5
Jaban, Ngaglik, Sleman
0878 3966 0590
0274 951 6868
Hastrin Hositanisita, S.Gz
Chau et al. Increased Brain Activation in Motor Cortex After Acupuncture
Treatment for Motor Recovery in Chronic Stroke Patients The Open Rehabilitation
Journal, 2009, 2, 89-94
Wirawan, Rosiana Pradanasari. Rehabilitasi Stroke pada
Pelayanan Kesehatan Primer. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari
2009
British Acupuncture Council. Stroke
and Acupuncture, The Evidence and Effectiveness.
0 komentar:
Posting Komentar