Selasa, 17 Desember 2013






Stroke di Indonesia menurut data dari Yayasan Stroke Indonesia, menempati urutan pertama se-Asia. Tingginya angka stroke ini tentunya butuh perhatian khusus. Tidak hanya dalam hal pencegahan, namun juga dalam hal recovery atau pemulihan kembali pasien pasca stroke. Seperti sudah diketahui, seseorang yang mengalami stroke, mengalami beberapa kelainan fungsional tubuh. Diantaranya :

  •  Impairment
    Impairment merupakan kelainan fungsi  dan gangguan terhadap organ. Diantaranya adalah   kelemahan pada satu sisi tubuh (hemiparesis), penurunan kemampuan wicara (afasia dan disartria), kesulitan menelan makanan (disfagia),  depresi dan lainnya

  • Disability
    Dapat diartikan keterbatasan atau hilangnya kemampuan dalam melakukan suatu aktivitas karena adanya impairment. Misalnya kesulitan berdiri atau berjalan karena ada hemiparesis.

  • Handicap
    Merupakan kondisi seseorang yang kurang bisa melakukan fungsi social, budaya dan juga ekonomi karena adanya impairment dan disability.



Ketiga hal tersebut yang membuat seseorang penderita stroke menjadi lebih membutuhkan penanganan. Karena bukan hanya menjadi beban bagi diri sendiri, tetapi juga menjadi beban bagi keluarga. Karena ketidakmampuan dalam mengurus dirinya sendiri sehingga menurunkan juga kemampuan produktivitasnya. Di Amerika sendiri, stroke menjadi penyebab pertama adanya disabilitas pada orang dewasa.

 

Masalah lainnya adalah tingginya biaya perawatan dan pemulihan stroke akibat beberapa kondisi yang menyertainya. Data yang disebutkan di Amerika, total biaya untuk stroke sekitar $ 43 juta per tahun. Jika dirinci, 28 juta dollar karenaongkos pengobatan dan 15 juta dollar akibar hilangnya atau menurunnya produktivitas kerja. Dan biaya rata-rata setiap pasien stroke setelah selama 90 hari pasca stroke adalah $ 15ribu.

Di Indonesia sendiri belum ada data khusus yang menyebutkan total biaya yang harus dikeluarkan untuk penanganan stroke. Namun, menjadi salah satu jenis penyakit yang menyedot banyak anggaran dana kesehatan pemerintah diantara 5 jenis penyakit metbaolik lainnya.





Rehabilitasi Stroke

Penanganan stroke terbagi menjadi 3 jenis. Yaitu akut, subakut dan kronis, dibedakan dari waktu sejak serangan pertama terjadi. Namun, yang paling membutuhkan banyak perhatian adalah stroke fase sub akut antara 2 minggu  sampai 6 bulan pasca stroke. Dimana pasien stroke yang sudah kembali dari perawatan medis di rumah sakit harus menjalani fase rehabilitasi untuk memulihkan kembali kemampuan fungsional tubuhnya. Seperti  kemmapuan gerakan, bicara, menelan, emosi dan lainnya.  



Akupuntur untuk rehabilitasi pasca stroke

Penanganan pasien stroke dengan akupuntur sudah lama dilakukan dan sudah banyak diteliti secara klinis. Data penelitian yang dihasilkan pun menunjukkan hasil yang menggembirakan.  Tidak hanya pemulihan fungsional tubuh yang bisa didapatkan, tetapi dana yang bisa dihemat pun cukup besar.



Seperti sebuah penelitian yang dilakukan oleh ahli syaraf atau neurologis di Swedia. Peneliti membandingakan dua kelompok pasien stroke dengan kejadian 4-10 hari pasca stroke. Satu kelompok hanya mendapatkan terapi fisioterapi dan terapi okupasi. Kelompok lainnya, selain mendapatkan fisioterapi dan okupasi juga mendapat terapi akupuntur. Durasi akupuntur yang dilakukan 2 kali setiap minggu selama 10 minggu atau total 20 kali terapi akupuntur.

Setelah 2 minggu, ternyata pasien yang mendapatkan terapi tambahan akupuntur terjadi perbaikan yang signifikan dibandingkan pasien control. Pasien yang mendapat terapi akupuntur memiliki perkembangan kemampuan berjalan, keseimbangan, aktivitas harian, mobilitas bahkan emosi. Bahkan akupuntur mampu membuat ongkos menjadi lebih irit sekitar $26.000 untuk tiap pasien.



Jika pada penelitian tersebut pasien yang diteliti mengalai stroke kurang dari 1 minggu, maka pada penelitian lain yang  sudah kronis pun menunjukkan hasil serupa. Dengan 20 – 40 kali terapi, pasien yang telah mengalami stroke selama 2-8 tahun pun mengalami perbaikan pada paralisis atau kelemahan di tangan.



Mekanisme pasti bagaimana cara kerja akupuntur terhadap pasien stroke masih terus dalam proses penelitian dan investigasi. Beberapa teori mengatakan bahwa efek ini berhubungan dengan menurunnya kadar kolesterol LDL dan meningkatnya HDL.



Salah satu penelitian yang melihat efek akupuntur menggunakan Functional Magnetic Resonance Imaging Data atau fMRI menunjukkan adanya peningkatan aktivitas motor cortex setelah terapi akupuntur yang dilihat ketika pasien dengan paralisis di tangan menggenggam suatu benda.  Terutama pada aktivasi gyrus presentral. Gyrus presentral adalah lapisan otak yang berfungsi sebagai area sensori utama dalam merasakan sentuhan. Data fMRI junga menunjukkan adanya aktivasi yang lebih kuat dan lebih lebar pada sensorymotor cortex otak ini yang terluka karena stroke. 


Ya, meskipun penelitian tentang efektivitas akupuntur terhadap kondisi pasca stroke, tentunya kita tidak bisa terus menunggu sampai penelitian tersebut menjadi baku dan pasti. Karena dari beberapa penelitian dan juga fakta-fakta sebelumnya telah menunjukkan adanya perbaikan yang berarti yang signifikan. Karena selama ini tidak ada efek samping yang ditimbulkan dari terapi akupuntur yang dilakukan dengan tepat dan sesuai standar.


Terapi Stroke di Pondok Holistik Indonesia

Jalan Damai Gg Sunan Muria no. 5
Jaban, Ngaglik, Sleman

0878 3966 0590
0274 951 6868





Hastrin Hositanisita, S.Gz



Chau et al. Increased Brain Activation in Motor Cortex After Acupuncture Treatment for Motor Recovery in Chronic Stroke Patients The Open Rehabilitation Journal, 2009, 2, 89-94 


Wirawan,  Rosiana Pradanasari. Rehabilitasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan Primer. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 2, Pebruari 2009


British Acupuncture Council. Stroke and Acupuncture, The Evidence and Effectiveness.






Tagged: , , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar