Jerawat merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan kulit
yang banyak dialami banyak orang. Jerawat jika didefinisikan sebagai sebuah
kondisi kulit yang terdiri atas munculnya pembengkakan, dan sumbatan pori-pori
yang dikenal dengan blackhead dan whitehead atau komedo yang muncul di
wajah, dada, punggung, pundak dan bisa juga di lengan atas.
Menurut statistik, sekitar 40 – 50 juta
orang Amerika mengalaminya. Hampir 85% orang pernah mempunyai jerawat, sekali
waktu dalam hidup. Yang paling banyak memang di wajah, dada dan punggung . Dan
tipe acne vulgaris sekitar 99% muncul di area wajah. Pada usia pertengahan
remaja, hampir 40% remaja memiliki jerawat yang membuthkan bantuan ahli
dermatologis
Ada banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya jerawat.
Diantaranya faktor pola makan, gaya hidup dan juga stress bahkan genetic.
Makanan yang bisa memicu jerawat diantaranya makanan jenis karbohidrat
sederhana seperti gula pasir dan makanan berbahan tepung terigu seperti kue
basah atau cake dan biscuit. Serta kekurangan zat gizi tertentu misalnya zinc
dan vitamin B6. Faktor gaya hidup yang bisa menjadi pemicu jerawat diantaranya
merokok, kurang tidur dan juga stress. Sedangkan penggunaan alat kontrasepsi
hormonal seperti KB suntik juga bisa diindikasikan menjadi salah satu penyebab
timbulnya jerawat.
Meskipun jerawat bukan sebuah penyakit yang bisa mengancam
jiwa, namun sebagian besar orang merasa terganggu dengan munculnya jerawat.
Beberapa penelitian yang melihat kualitas hidup seseorang (quality of life)
dikarenakan adanya jerawat, cenderung kurang baik. Terutama terhadap kesehatan psikososial.
Seseorang dengan jerawat yang ringan sampai sedang memiliki kecenderungan
psikologis yang mengarah pada perilaku mencelakai diri, seperti depresi dan
keinginan bunuh diri. Penderita jerawat juga memiliki kadar kecemasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan populasi control, yang tidak memiliki jerawat.
Lebih jelasnya, remaja sekolah yang memiliki jerawat merasa malu dengan kondisi
wajah, kemudian menjadi terisolasi secara social. Hubungan dengan anggota
keluarga juga bisa terpengaruh. Bahkan, seseorang yang berjerawat, memiliki
kesempatan yang lebih rendah untuk mendapatkan seleksi pekerjaan.
Selain besarnya pengaruh terhadap kualitas hidup, jerawat
juga menjadi salah satu penyakit kulit yang membutuhkan dana terapi cukup
tinggi. Biaya tahunan untuk obat jerawat yang tidak diresepkan diperkirakan
mencapai 100 juta dollar. Kunjungan ke dokter yang berhubungan dengan jerawat
meningkat secara signifikan dari 400ribu pada tahun 1980-1981 menjadi 900 ribu
kunjungan di tahun 1989-1991. Biaya yang dibutuhkan untuk terapi menggunan
isotretionin selama 16-20 minggu sekitar 500-700 juta dollar.
Terapi konvensional yang dilakukan untuk mengobati jerawat didasarkan pada jenis dan tingkat keparahan
jerawat. Untuk jerawat yang tidak parah bisa menggunakan obat yang dioles
berbahan Benzoyl peroxide atau azelaic acid dan untuk jerawat yang meradang
seringkali diresepkan antibiotic. Untuk jerawat yang lebih parah lagi dan meradang
diberikan antibitoik oral. Namun, penggunaan antibiotic untuk jerawat tentunya
bisa menimbulkan masalah lain, yaitu resistensi bakteri atau tidak mempannya
lagi antibiotic dalam melawan bakteri. Temuan adanya resistensi antibiotic
terhadap bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes), penyebab jerawat sudah
ditemukan di beberapa Negara. Diantaranya di Mexico, Jepang, Swedia, Perancis
dan Singapura. Selain itu, penggunaan antibitoik dalam jangka waktu yang
panjang juga berpotensi menurunkan daya tahan atau kekebalan tubuh.
Karenanya, dibutuhkan terapi lainnya untuk bisa mengatasi
jerawat secara tuntas. Salah satu inovasi terbaru adalah penggunaan
isotreotionin. Jenis obat ini merupakan turunan dari vitamin A jenis retinoid.
Efektivitasnya sudah teruji secara klinis dengan percobaan terhdap 41 pasien
selama 6 bulan dengan tingkat keberhasilan mencapai 82,9%. Pada penelitian yang
seharusnya melibatkan 60 pasien ini hanya bisa dijalani oleh 41 pasien dalam
waktu yang ditentukan oleh peneliti. Isotreotionin juga memberikan beberapa
efek samping pada kulit, seperti inflamasi, kulit mengering, darah di urin.
Bahkan obat ini sebaiknya tidak dikonsumsi ketika hamil. Karenanya obat ini
harus diresepkan oleh dokter.
Terapi menggunakan isotreotionin ini masih memiliki
kelemahan dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menuntaskan terapi. Karenanya,
dibutuhkan terapi alternative lainnya untuk bisa mendapatkan hasil yang
maksimal dengan waktu yang relative singkat. Salah satunya adalah akupuntur.
Manfaat
akupuntur untuk terapi jerawat sudah diteliti
secara klinis. Tingkat keberhasilan terapi akupuntur
untuk jerawat yang sudah pernah diteliti adalah sekitar 77,8 - 84,4%.
Secara fisiologis, mekanisme akupuntur untuk akupuntur untuk
terapi jerawat setidaknya mencakup 3 hal:
1.
Menurunkan inflamasi, dengan memicu pelepasan
faktor imunomodulator dan pelancaran darah
2.
Meningkatkan aktivitas NK sel dan memodulasi
jumlah dan rasio berbagai jenis sel kekebalan tubuh
3.
Meningkatkan mikrosirkulasi local, yang bisa
menghilangkan pembengkakan.
Jika Sahabat memiliki jerawat yang sulit disembuhkan dan termasuk dalam kategori yang parah (banyak jumlahnya, meradang dan lama sembuhnya), silakan mengikuti program PHI Happy Skin Challenge.
Dapatkan diskon 50% untuk akupuntur wajah dengan syarat dan ketentuan yang telah kami tetapkan.
Informasi lebih lanjut silakan langsung siltaurahmi ke PHI atau menghubungi CS kami 0878 3966 0590 atau 0274 851 6868
Pendaftaran sampai tanggal 10 Maret 2014.
Pondok Holistik Indonesia
Jalan Damai gg Sunan Muria no. 5
Jaban, Ngaglik, Sleman
Referensi
Basra, Mohammad KA, Muhammad Shahrukh.2009.Burden of Skin Disease:Acne. Expert Rev Pharmacoeconomics Outcomes Res. 2009;9(3):271-283.
American Academy of Dermatology. 2013. Acne. http://www.aad.org/media-resources/stats-and-facts/conditions/acne
0 komentar:
Posting Komentar