Rabu, 26 Februari 2014



Jerawat merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan kulit yang banyak dialami banyak orang. Jerawat jika didefinisikan sebagai sebuah kondisi kulit yang terdiri atas munculnya pembengkakan, dan sumbatan pori-pori yang dikenal dengan blackhead dan whitehead atau komedo yang muncul di wajah, dada, punggung, pundak dan bisa juga di lengan atas.
Menurut statistik, sekitar 40 – 50 juta orang Amerika mengalaminya. Hampir 85% orang pernah mempunyai jerawat, sekali waktu dalam hidup. Yang paling banyak memang di wajah, dada dan punggung . Dan tipe acne vulgaris sekitar 99% muncul di area wajah. Pada usia pertengahan remaja, hampir 40% remaja memiliki jerawat yang membuthkan bantuan ahli dermatologis
Ada banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya jerawat. Diantaranya faktor pola makan, gaya hidup dan juga stress bahkan genetic. Makanan yang bisa memicu jerawat diantaranya makanan jenis karbohidrat sederhana seperti gula pasir dan makanan berbahan tepung terigu seperti kue basah atau cake dan biscuit. Serta kekurangan zat gizi tertentu misalnya zinc dan vitamin B6. Faktor gaya hidup yang bisa menjadi pemicu jerawat diantaranya merokok, kurang tidur dan juga stress. Sedangkan penggunaan alat kontrasepsi hormonal seperti KB suntik juga bisa diindikasikan menjadi salah satu penyebab timbulnya jerawat.
Meskipun jerawat bukan sebuah penyakit yang bisa mengancam jiwa, namun sebagian besar orang merasa terganggu dengan munculnya jerawat. Beberapa penelitian yang melihat kualitas hidup seseorang (quality of life) dikarenakan adanya jerawat, cenderung kurang baik.  Terutama terhadap kesehatan psikososial. Seseorang dengan jerawat yang ringan sampai sedang memiliki kecenderungan psikologis yang mengarah pada perilaku mencelakai diri, seperti depresi dan keinginan bunuh diri. Penderita jerawat juga memiliki kadar kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi control, yang tidak memiliki jerawat. Lebih jelasnya, remaja sekolah yang memiliki jerawat merasa malu dengan kondisi wajah, kemudian menjadi terisolasi secara social. Hubungan dengan anggota keluarga juga bisa terpengaruh. Bahkan, seseorang yang berjerawat, memiliki kesempatan yang lebih rendah untuk mendapatkan seleksi pekerjaan.
Selain besarnya pengaruh terhadap kualitas hidup, jerawat juga menjadi salah satu penyakit kulit yang membutuhkan dana terapi cukup tinggi. Biaya tahunan untuk obat jerawat yang tidak diresepkan diperkirakan mencapai 100 juta dollar. Kunjungan ke dokter yang berhubungan dengan jerawat meningkat secara signifikan dari 400ribu pada tahun 1980-1981 menjadi 900 ribu kunjungan di tahun 1989-1991. Biaya yang dibutuhkan untuk terapi menggunan isotretionin selama 16-20 minggu sekitar 500-700 juta dollar.  
Terapi konvensional yang dilakukan untuk mengobati jerawat  didasarkan pada jenis dan tingkat keparahan jerawat. Untuk jerawat yang tidak parah bisa menggunakan obat yang dioles berbahan Benzoyl peroxide atau azelaic acid dan untuk jerawat yang meradang seringkali diresepkan antibiotic. Untuk jerawat yang lebih parah lagi dan meradang diberikan antibitoik oral. Namun, penggunaan antibiotic untuk jerawat tentunya bisa menimbulkan masalah lain, yaitu resistensi bakteri atau tidak mempannya lagi antibiotic dalam melawan bakteri. Temuan adanya resistensi antibiotic terhadap bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes), penyebab jerawat sudah ditemukan di beberapa Negara. Diantaranya di Mexico, Jepang, Swedia, Perancis dan Singapura. Selain itu, penggunaan antibitoik dalam jangka waktu yang panjang juga berpotensi menurunkan daya tahan atau kekebalan tubuh.
Karenanya, dibutuhkan terapi lainnya untuk bisa mengatasi jerawat secara tuntas. Salah satu inovasi terbaru adalah penggunaan isotreotionin. Jenis obat ini merupakan turunan dari vitamin A jenis retinoid. Efektivitasnya sudah teruji secara klinis dengan percobaan terhdap 41 pasien selama 6 bulan dengan tingkat keberhasilan mencapai 82,9%. Pada penelitian yang seharusnya melibatkan 60 pasien ini hanya bisa dijalani oleh 41 pasien dalam waktu yang ditentukan oleh peneliti. Isotreotionin juga memberikan beberapa efek samping pada kulit, seperti inflamasi, kulit mengering, darah di urin. Bahkan obat ini sebaiknya tidak dikonsumsi ketika hamil. Karenanya obat ini harus diresepkan oleh dokter.
Terapi menggunakan isotreotionin ini masih memiliki kelemahan dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk menuntaskan terapi. Karenanya, dibutuhkan terapi alternative lainnya untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang relative singkat. Salah satunya adalah akupuntur.
Manfaat akupuntur untuk terapi jerawat sudah diteliti secara klinis. Tingkat keberhasilan terapi akupuntur untuk jerawat yang sudah pernah diteliti adalah sekitar 77,8 - 84,4%. Secara fisiologis, mekanisme akupuntur untuk akupuntur untuk terapi jerawat setidaknya mencakup 3 hal:
1.    Menurunkan inflamasi, dengan memicu pelepasan faktor imunomodulator dan pelancaran darah
2.    Meningkatkan aktivitas NK sel dan memodulasi jumlah dan rasio berbagai jenis sel kekebalan tubuh
3.    Meningkatkan mikrosirkulasi local, yang bisa menghilangkan pembengkakan.

Jika Sahabat memiliki jerawat yang sulit disembuhkan dan termasuk dalam kategori yang parah (banyak jumlahnya, meradang dan lama sembuhnya), silakan mengikuti program PHI Happy Skin Challenge.

Dapatkan diskon 50% untuk akupuntur wajah dengan syarat dan ketentuan yang telah kami tetapkan.

Informasi lebih lanjut silakan langsung siltaurahmi ke PHI atau menghubungi CS kami 0878 3966 0590 atau 0274 851 6868

Pendaftaran sampai tanggal 10 Maret 2014.

Pondok Holistik Indonesia
Jalan Damai gg Sunan Muria no. 5
Jaban, Ngaglik, Sleman



Referensi

Basra, Mohammad KA, Muhammad Shahrukh.2009.Burden of Skin Disease:Acne. Expert Rev Pharmacoeconomics Outcomes Res. 2009;9(3):271-283.
American Academy of Dermatology. 2013. Acne. http://www.aad.org/media-resources/stats-and-facts/conditions/acne

Kaymak Y, Ilter N.2006. The effectiveness of intermittent isotretinoin treatment in mild or moderate acne. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2006 Nov;20(10):1256-60

Muhammad, Muneez and Ted Rosen. A Controversial Proposal: No More Antibiotics for Acne!. http://www.skintherapyletter.com/2013/18.5/1.html

Treating Acne. 2013. http://www.nhs.uk/Conditions/Acne/Pages/Treatment.aspx


Tagged: , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar