Kamis, 21 Maret 2013


Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu jenis penyakit yang terkadang datang secara tiba-tiba tanpa menyadarinya. Bahkan data terakhir menyebutkan sekitar  1 milyar  penduduk di dunia menderita hipertensi. Sayangnya, hanya 69% saja yang mengetahui bahwa dirinya terserang hipertensi. Di Indonesia sendiri menurut Departemen Kesehatan, sekitar 32,2% penduduk di Indonesia menderita hipertensi. Sekitat 76% saja yang mengetahui dirinya menderita hipertensi. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995, 2001 dan 2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi.

Hipertensi secara umum bisa didefinisikan dengan tekanan darah yang melebihi batas 140 mmHg untuk tekanan systole dan 90 mmHg untuk tekanan diastole. Selama ini penanganan hipertensi adalah dengan penggunaan obat untuk mengontrol tekanan darah. Sehingga sering didengar istilah tekanan darah terkontrol. Karena memang tekanan darah yang normal tersebut lebih disebabkan oleh bantuan penggunaan obat. Pada akhirnya, banyak dari kalangan medis konvensional yang menyatakan bahwa hipertensi tidak bisa disembuhkan dan harus mengkonsumsi  obat seumur hidup. Hmm, agak ekstrim bukan? Padahal terapi farmakologi sudah bukan menjadi terapi yang sempurna mengingat adanya efek samping dari penggunaannya. Bahkan sekitar 20% penderita hipertensi tidak mengalami perubahan pada tekanan darahnya meskipun sudaa diberikan 3 jenis kombinasi obat.
Untungnya saat ini banyak dilakukan penelitian yang melihat apakah tekanan darah yang tinggi bisa dikendalikan atau bahkan disembuhkan tanpa menggunakan obat. Mengingat, komplikasi atau efek samping dari hipertensi yang tidak terkontrol lumayan banyak, maka menghentikan tekanan darah yang tinggi menjadi sebuah keharusan. Bahkan menurut Centers for Disease Control (CDC), setiap kenaikan tekanan darah 20mmHg untuk systole dan 10 mmHg untuk diastole meningkatkan risiko terkena serangan jantung dua kali lipat.

Gejala Hipertensi
Terkadang hipertensi memang tidak menimbulkan gejala,  seringkali disebut dengan ‘silent disease’.  Saking banyaknya orang  yang tidak menyadarinya. Namun menurut situs webmd.com beberapa gejala yang bias dilihat sebagai indikasi adanya hipertensi diantaranya:
  • Sakit kepala yang berat
  • Kelelahan
  • Bermasalah dengan penglihatan
  • Rasa nyeri di dada
  • Kesulitan bernapas
  • Detak jantung yang kurang teratur
  • Perdarahan di urin/kencing
  • Rasa berat di dada, leher atau telinga
Jika sahabat merasakan satu atau beberapa gejala di atas, memang sebaiknya melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Jika tidak pun, tidak ada salahnya bukan untuk melakukan pengecekan terhadap tekanan darah?

Penyebab Hipertensi
-          Stress
-          penyebab paling besar hipertensi tidak diketahui, sering disebut dengan hipertensi esensial.  Seperti yang disebutkan oleh Kulkarni dari Medical College of Wisconsin menyatakan sektiar 95% hipertensi adalah hipertensi esensial, dan setelah diteliti penyebab utamanya adalah stress. Stress memang bisa menaikkan tekanan darah, meskipun tidak berpengaruh terhadap hipertensi secara langsung. Namun, kondisi seperti ini, ketika berlangsung dalam waktu yang terus menerus pada akhirnya memicu tekanan darah yang tinggi secara regular.

Bagaimana mekanisme stress sehingga bisa memicu tekanan darah? Berikut teori yang yang bisa dijadika penjelasan tentang bagiamana stress bisa memicu hipertensi.
Setiap orang, pastilah memiliki beberapa jensi stressor (pemicu stress) entah dari lingkungan, masalah pribadi, pekerjaan dan lainnya yang memicu kecemasan, rasa marah dan lainnya. Respon terhadap berbagai stressor ini ternyata dipengaruhi oleh masing-masing individu. Intinya, respon terhadap stressor inilah yang kemudian mempengaruhi kondisi fisiologi tubuh. Jika respon terhadap stressor ini kemudian memicu seseorang menjadi marah maka secara fisiologis akan menaikkan tekanan darah.


Stress emosi memicu aktivasi system syaraf simpatis, yang bisa menyebabkan dilepaskannya hormone norepinefrin dari syaraf simpatis di area jantung dan pembuluh darah. Kondisi ini memicu peningkatan pemompaan volume daran dan peningkatan resistensi pembuluh darah. Selain itu juga bisa memicu peningkatan sirkulasi angiotensin Ii, aldosterone dan vasopressin yang bisa meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik, dan pada akhirnya meningkatkan tekanan darah. Kondisi ini, jika terjadi dalam waktu yang singkat atau akut tidak terlalu berpengaruh terhadap kejadian hieprtensi. Tapi, kondisi stress dan peningkatan pembuluh darah yang kronis bisa memicu hipertensi.



-          Obesitas
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai risiko yang lebih besar terkena hipertensi. Setiap kenaikan 10 kg BB, tekanan darah naik 3 mmHg dan tiap penurunan berat badan 5kg menurunkan 10 mmHg tekanan systole dan 5 mmHg tekanan siastole. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2009, menyatakan besarnya risiko hipertensi pada kelompok obesitas meningkat 2,79 kali, gemuk 2,15 kali, dan normal 1,44 kali dibandingkan mereka yang kurus.

-          Pola Makan dan Pola Hidup
Seringkali tidak diketahui pasti penyebab utama hipertensi. Namun beberapa penelitian menyebutkan obesitas, pola makan dan pola hidup yang kurang sehat menjadi penyebabnya.  Penurunan kualitas makanan yang semakin tinggi kadar natrium dan semakin rendahnya kadar kalium yang bisa membuat darah menjadi lebih kental. Makanan dengan natrium yang tinggi sering ditemukan dalam makanan yang diawetkan, dikalengkan dan yang menggunakan MSG.  Padahal, penyeimbangnya, kalium lebih banyak kita dapatkan di sayuran dan buah. Dari penelitian Departemen Kesehatan terhadap factor gaya hidup yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi adalah konsumsi minuman berkafein. konsumsi minuman berkafein  >1 kali/hari lebih berisiko terserang hipertensi, yaitu 1,1 kali dibanding yang minum

Hipertensi dan Stroke
Stroke adalah salah satu penyakit jantung dan pembuluh darah terbanyak dan menjadi penyebab kematian di Indonesia. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Dari penelitian Firmingham juga disebutkan kejadian stroke meningkat dua kali lipat pada setiap kenaikan tensi 7,5 mm Hg diastole.

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Hipertensi bisa memicu terjadinya hal-hal penyebab stroke tersebut.

Sekitar 80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis atau penyempitan pembuluh darah karena penumpukan lemak, Menurut statistik. 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi. Sedangkah pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.

Kabar baiknya, Stroke sangat dapat dicegah dan hampir 85% dari semua stroke dapat DICEGAH!!

Pencegahan stroke ini tentunya bisa dilihat dari faktor penyebab dan juga faktor pemicunya. Salah satunya adalah mengendalikan hipertensi. 


Sudut pandang Kedokteran China
Dilihat dari sudut pandang kedokteran China, kondisi hipertensi dan juga kondisi yang sedang menyertainya seperti sakit kepala, migraine dan vertigo adalah gejala yang ditunjukkan karena aktivitas liver yang naik. Hiperaktivitas liver bisa disebabkan karena stress, emosi, makanan yang kurang baik seperti makanan berlemak, berminyak dan pedas. Aktivitas liver yang berlebihan ini pada akhirnya menyebabkan naiknya aktivitas jantung dilihat dari pathogenesis ilmu kedokteran China. Efeknya adalah meningkatknya detak jantung dan juga tekanan darah.

Holistic Solution


Melihat ada banyak factor yang mempengaruhi hipertensi, tentunya terapi yang dilakukan tidak boleh hanya melihat dari satu aspek saja. Menurut penelitian, factor gaya hidup yang terkait dengan pola makan sangat erat hubungannya dengan hipertensi.  Melihat fakta bahwa adanya hubungan antara stress dan juga hipertensi, tentu bukan hal yang harus diabaikan.

Pola Makan dan Pola Hidup
DASH diet menjadi salah satu solusi dari sisi pola makan yang menyeimbangkan kebutuhan tubuh sebagaimana mestinya. DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) diet adalah anjuran pola makan yang lebih mengutamakan proporsi konsumsi sayuran dan buah serta lemak baik. Selain itu juga dianjurkan untuk mengurangi garam atau lebh spesifik lagi makanan yang mengandung kadar natrium tinggi.
Bahan makanan yang banyak mengandung natrium sangat mudah kita jumpai. Hampir sebagian besar makanan yang diawetkan dan dikemas mengandung natrium. Karena natrium memang mudah ditemui sebagai bahan pengawet. Secara awam, bahan makanan yang tinggi kandungan natrium adalah yang terdapat komposisi MSG, garam dan natrium benzoate di dalamnya.
Efektivitas diet ini untuk menurunkan tekanan darah sudah banyak dibuktikan melalui penelitian klinis. Karena diet ini adalah mengajak kita untuk mengkonsumsi makanan yang sehat, hasilnya tentu saja tidak hanya menurunkan tekanan darah, melainkan bisa mencegah osteoporosis, kanker, diabetes dan tentunya obesitas.

-          Hipnoterapi
Seperti sudah dipaparkan di atas, salah satu penyebab utama hipertensi esensial adalah stress. Kondisi ini tentunya membutuhkan penanganan khusus. Karena setiap orang pastilah memiliki potensi untuk terappar berbagai macam sumber stress, yang membedakan adalah bagaimana sikapnya terhadap stressor tersebut. Hipnoterapi di RSH membantu sahabat untuk bisa melepaskan diri dari belenggu stressor yang dialami. Sehingga mampu untuk mengendalikan diri dan bersikap yang tepat terhadap stressor yang dihadapi. Beberapa ahli juga menyatakan utuk melakukan meditasi atau berdzikir untuk menjaga ketenangan diri dan pengendalian emosi.

Akupunktur
Berdasarkan kumpulan jurnal yang diterbitkan oleh American Journal of Hypertension menyatakan  bahwa  akupunktur bisa menurunkan tekanandarah secara signifikan. Mekanisme pasti mengapa akupunktur bisa menurunkan tekanan darah pada pasien diantaranya karena terjadi penurunan renin di plasma darah, penurunan aktivitas aldosterone dan angiotensine. Selain itu juga terjadi peningkatan pengeluaran natrium, perubahan pada kadar plasma norepinefrin, serotonin dan endorphin. Efek terapi akupunktur untuk hipertensi ini sama dengan cara kerja farmakologi atau penggunaan obat.
Baru-baru ini juga telah ditemukan mekanisme pasti mengapa akupunktur mampu menurunkan tekanan darah secara langsung sekitar 20 – 30 menit setelah dilakukan terapi akupunktur. Ternyata, dari sisi mekanisme neuroendokrin, penusukan titik-titik akupunktur tertentu pada tubuh dan kemudian distimulasi dengan menggunakan elektroakupunktur mampu memepngaruhi system syaraf khusus yang berperan dalam hipertensi. Bagian khusus di otak yang sangat besar pengaruhnya terhadap hipertensi adalah Rostral ventrolateral medulla atau sering dikenal dengan rVLM. Akupunktur, terutama elektroakupunktur ternyata mampu menghambat aktivasi sitem syaraf di area ini, menyebabkan terhambatnya
Mekanisme lain yang secara klinis telah diteliti terhadap kondisi akupunktur diantaranya:
  1. Regulasi syaraf otonom. Akupunktur mampu menghambat system syaraf simpatis, sehingga menghambat penyempitan pembuluh darah dan memicu pelebaran pembuluh darah (vasodialtasi).
  2. Teori endorphin. Elektroakupunktur mampu mempengaruhi produksi endorphin alami yang memicu penurunan tekanan darah.
  3. Teori prostaglandin. Akupunktur diduga bisa merangsang produksi prostagalandin, dan beberapa jenis prostaglandin memiliki efek vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah yang menimbulkan efek penurunan tekanan darah.
  4. Perubahan pada plasma angiotensin II. Penusukan pada titik akupunktur menyebabkan penurunan tekanan darh disertai penurunan plasma angiotensin II. Angiotensin adalah salah satu hormone yang memegang peranan penting dalam pengaturan tekanan darah bersama dengan renin.


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hastrin Hositanisita, S.Gz

_____________________________
Rumah Sehat Holistik Jogja
Jalan Damai gg Sunan Muria no.5
Jaban, Ngaglik, Sleman

0878 3955 0590
0274-851 6868

www.rumahsehatholistik.com
www.akupunturjogja.blogspot.com

Tagged: , , , , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar