Selasa, 08 Oktober 2013

Jumlah penderita diabetes di Indonesia semakin hari bukan lagi semakin menurun justeru meningkat. Jumlah pastinya belum diketahui. Namun menurut catatan dari Kementrian kesehatan RI, terdapat 7,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap penyakit itu, namun hanya 39% yang menerima perawatan dan kurang dari 1% yang berhasil mencapai target pengobatan. Angka peningkatan jumlah pnederita diabetes setiap tahunnya juga meningkat, saat ini mencapai 6% per tahun. Tidak hanya di Indonesia, menurut WHO, dieprkirakan sekitar 353 juta penduduk dunia akan mengidap diabetes di tahun 2030.

Data yang disebutkan adalah data penderita yang sudah mendapatkan terapi pengobatan. Sedangkan bisa jadi, banyak diantaranya yang masih belum mengetahui bahwa tubuhnya mengidap diabetes. Untuk mengetahui gejala diabetes yang bisa diwaspadai silakan membuka artikel  berikut.

Diabetes bisa disebabkan banyak factor. Mulai factor keturunan, pola hidup dan stress. Stress bahkan bisa memperparah orang yang sudah terdiagnosis diabetes.  Karena hormone stress, kortisol bisa menaikkan kadar gula darah dan memicu resistensi insulin. Stress juga berperan dalam adanya gangguan sindrom metabolic, yang juga meningkatkan risiko diabetes tipe 2. Bahkan, depresi juga memicu perkembangan diabetes.

Terapi yang diberikan kepada pasien meliputi kombinasi pola hidup, pola makan dan penggunaan obat. Penggunaan obat diberikan kepada pasien yang gagal dalam mencapai gula darah normal setelah melakukan terpai pola makan dan olahraga. Beberapa obat yang sering diberikan diantaranya sulfonylurea, biguanide, alpha-glucosidase inhibitor, thiazholidinedione dan meglitinide. Meskipun respon awalnya bagus, obat oral ini bisa kehilangan efektivitasnya pada beberapa persen pasien dalam jumlah yang signifikan. Selain itu, kelompok obat-obatan ini juga memiliki efek samping yang bevariasi. Misalnya sulfonylurea menyebabkan penambahan berat badan, biguanide menyebabkan kelelahan, mudah capek, alpha glucosidase menyebabkan diare. Penggunaan insulin pun bisa menyebabkan kenaikan berat badan sampai hipoglikemi. Bahkan tidak ada obat penurun gula darah yang bisa mengontrol kondisi hiperlipidemia atau kelainan kadar lemak darah secara baik. Padahal kondisi hiperlipidemia sangat sering ditemukan pada pasien diabetes.

Kondisi ini pada akhirnya memicu orang untuk mencari terapi lain, selain obat, yang bisa membantu memperbaiki kondisi diabetes mereka. Bahkan di Kanada, menurut survey terakhir, sekitar 75% orang yang menderit adiabetes menggunakan suplemen yang tidak diresepkan dan juga pengobatan alternative.

Salah satu jenis terapi alternative yang sudah disetujui penggunaannya oleh WHO atau badan kesehatan dunia dan juga Departemen Kesehatan Indonesia adalah akupuntur. Beberapa penelitian baik klinis maupun eksperimental telah menunjukkan manfaat terapi akupuntur terhadap diabetes.

Bagaimana Akupuntur Bekerja pada Pasien Diabetes?

Beberapa penelitian menunjukkan manfaat akupuntur untuk diabetes diantaranya:
  1. Akupuntur bisa meningkatkan produksi insulin
  2. Meningkatkan jumlah reseptor pada sel target untuk glukosa
  3. Meningkatkan penggunaan glukosa oleh sel
  4. Menurunkan serum glukosa dengan cara meningkatkan serum insulin dan kadar c-peptida.  
  5. Memperbaiki profil lemak darah (perlu diingat bahwa dislipidemia atau gangguan profil lemak darah sangat sering terjadi pada pasien diabetes tipe 2 dan memicu penyakit jantung dan pembuluh darah)
  6. Akupuntur juga mampu membantu komplikasi pada kematian system syaraf perifer pasien diabetes seperti mati rasa di area tangan dan kaki, rasa kaku di area ekstremitas atas seperti lengan.


    Bagaimana dengan Anda?

     
Sumber:

Tong Y, Guo H, Han B, 2010. Fifteen-day acupuncture treatment relieves diabetic peripheral neuropathy. J Acupunct Meridian Stud. 2010 Jun;3(2):95-103
Anonym. 2011. Type-2 Diabetes . http://www.acupuncture.org.uk/a-to-z-of-conditions/a-to-z-of-conditions/type-2-diabetes.html Pandey,
Awanish et al. 2011. Alternative therapies useful in the management of diabetes: A systematic review. J Pharm Bioallied Sci. 2011 Oct-Dec; 3(4): 504–512


Hastrin Hositanisita, S.Gz

Tagged: , , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar